Contoh Descriptive Text ‘Istana Negara’ Dalam Bahasa Inggris Beserta Terjemahan

Diposting pada

Contoh Descriptive Text ‘Istana Negara’ Dalam Bahasa Inggris Beserta Terjemahan

 

Contoh Descriptive Text 'Istana Negara' Dalam Bahasa Inggris Beserta Terjemahan
Contoh Descriptive Text ‘Istana Negara’ Dalam Bahasa Inggris Beserta Terjemahan

 

Istana negara merupakan sebuah istana yang menjadi pusat pemerintahan yang ada di Indonesia. Apakah sahabat SBI pernah mengunjunginya? atau sekedar berfoto di depan nya? Nah, apakah sahabat SBI juga mengetahui bagaimana sejarah istana negara tersebut? Berikut ini admin akan menjelaskan nya dalam kalimat bahasa inggris beserta dengan arti kalimatnya 🙂


Istana Negara (English: or State Palace, Indonesian: Istana Negara, Dutch: Paleis te Rijswijk) is one of the 6 presidential palaces of Indonesia. It is located Veteran street Central Jakarta, with Merdeka Palace located south of the building. It is part of the presidential palace compound which have a total area of 68,000 m², along with 3 other building: Bina Graha building that was formerly used as the President’s Office, Wisma Negara in the western side which is used as state guesthouse and the Sekretariat Negara (State Secretariat). Istana Negara face north towards Jalan Veteran (Veteran Road), while Merdeka Palace that was built in the south are facing Merdeka Square.

History
Lithograph of Paleis Rijswijk in the 1880s (now Negara Palace)
View of the reception hall of the palace in 1920s

The building today known as Istana Negara (State Palace) was originally built as the residence for a Dutch businessman, J. A. van Braam in Rijswijk-Molenvliet (presently known as Harmoni). The location chosen as at the time it was the most exclusive neighborhood in Weltevreden area, a new town center south of Old Batavia. The State Palace was built in 1796 facing north toward Molenvliet Canal in Noordwijk (today: Jalan Veteran), during the era of Pieter Gerardus van Overstraten as Governor General, and was completed in 1804.

In 1820, the mansion was rented and then sold to the Dutch Colonial Government in 1821. The government used this building as the center of all administration and as the official residence of the Governor-General during a stay in Batavia. Important occasions such as formal ceremonies or the Indies Council Meeting on every Wednesday are held in the palace. Godert van der Capellen became the first governor-general to officially reside in the palace. However Bogor Palace (Paleis te Buitenzorg) in Bogor (Buitenzorg) became the main residence, as most of the governor generals preferred the temperate climate in the hillsides of Bogor.

Governor General Daendels originally intended to have the government centralized in Lapangan Banteng (formerly known as Waterloo Square) and had a palace built there. However the plan wasn’t carried out by his preceder and the construction was delayed. Instead the mansion of van Braam in Rijswijk became the residence of the governor-general, while Daendels Palace was later completed in 1828 to become the department of finance building. Hotel van den Gouverneur-Generaal (Hotel of the Governor-General) became the official name of the van Braam mansion. Later the palace becomes too cramped with increasing administrative need, and thus a new palace was planned in 1869. The new palace was completed in 1873 facing Koningsplein (King’s Square) and it would be known as Koningsplein Palace. Together the palace would form the Governor-General’s palace compound in Rijswijk.

In 1942 the Japanese successfully invaded the Dutch East Indies. Governor-General Tjarda Van Starkenborch signed a capitulation to the Japanese army in the palace on 8 March 1942. Under the Japanese the palace became the residence of the Saiko Shikikan (army commander) until the Japanese surrender in 1945. After the independence, the lion emblem of the Netherlands on the front facade of the building was removed.

Since its existence, many important events took place in this building. Some of which include the declaration of the cultuur stelsel system by the Governor-General Graaf van den Bosch, the ratification ceremony of the Linggadjati Agreement on March 25, 1947 and the recognition of Indonesia’s independence on 27 December 1949.
Role of the Palace and Feature
State banquet in Istana Negara during President Obama’s visit in 2010

The architecture of the Merdeka Palace was done in a neo-classical style with doric column, popular amongst Europeans at the time of construction. During the early days, the 3.375 m² building had two stories. In 1848, the upper floor was partly demolished, and the lower expanded to accommodate more individuals, and thus present a more formal portrayal. The palace mainly functions as the main venue for stately ceremonial activities such as appointments of ministers, conference and national meeting opening ceremonies, the opening of international and national congresses, national banquets and cultural performances. It also serves as an administrative office for the Head of state.

The front part of the palace contains the main reception hall, which is used mainly for Gifts of State exchanges and is located next to the banquet hall. Other chambers in the palace consist of a front room, a living room, a suite for the vice-president, a guest waiting room and the president’s office. The palace consists of 2 main audience halls named Ruang Upacara and Ruang Jamuan, each connected with a corridor decorated with various paintings. During the colonial era, Ruang Upacara (Ceremonial Hall) was formerly a ballroom. As its name states, the room is used for formal ceremonial events in the palace. In the room there are Javanese and Balinese Gamelan sets used for cultural performance purposes and a podium. The Ruang Jamuan (Banquet Hall) is used to provide hospitality and repasts to state guests within the palace. It has a capacity of 150 people and is decorated with a painting of Ratu Kidul by Basoeki Abdullah.


Istana Negara (bahasa Inggris: atau istana negara, Indonesia: Istana Negara, Belanda: Paleis te Rijswijk) merupakan salah satu Istana Kepresidenan 6 Indonesia. Itu adalah jalan Veteran terletak di Jakarta Pusat, dengan Istana Merdeka terletak di sebelah bangunan. Ini adalah bagian dari Istana Presiden senyawa yang memiliki total luas 68.000 m², dengan 3 bangunan lainnya: Bina Graha bangunan yang dulu digunakan sebagai kantor Presiden, Wisma Negara di sisi barat yang digunakan sebagai negara guesthouse dan Sekretariat Negara (Sekretariat Negara). Istana Negara wajah Utara ke arah Jalan Veteran (jalan Veteran), sementara Istana Merdeka yang dibangun di Selatan menghadapi Merdeka Square.
Sejarah
Litograf Paleis Rijswijk di tahun 1880-an (sekarang Negara Palace)
Pemandangan aula resepsi istana di tahun 1920-an
Gedung yang sekarang dikenal sebagai Istana Negara (State Palace) awalnya dibangun sebagai tempat tinggal untuk seorang pengusaha Belanda, A. J. van Braam di Rijswijk-Molenvliet (saat ini dikenal sebagai Harmoni). Lokasi yang dipilih seperti pada waktu itu lingkungan paling eksklusif di Weltevreden daerah, kota baru pusat Selatan Batavia lama. Istana negara ini dibangun pada tahun 1796 menghadap ke Utara ke arah Molenvliet kanal di Noordwijk (hari: Jalan Veteran), selama era Pieter Gerardus van Overstraten sebagai Gubernur Jenderal, dan selesai pada 1804.
Tahun 1820, Rumah Disewa dan kemudian dijual kepada pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1821. Pemerintah digunakan bangunan ini sebagai pusat administrasi semua dan sebagai kediaman resmi Gubernur Jenderal selama menginap di Batavia. Acara-acara penting seperti upacara resmi adat atau pertemuan Dewan Hindia setiap hari Rabu diadakan di istana.  van der Capellen menjadi Gubernur pertama resmi berada di istana. Namun Istana Bogor (Paleis te Buitenzorg) di Bogor (Buitenzorg) menjadi tempat tinggal utama, karena sebagian besar para Gubernur Jenderal disukai iklim sejuk di lereng bukit Bogor.
Gubernur umum Daendels awalnya dimaksudkan untuk memiliki pemerintah yang terpusat di Lapangan Banteng (sebelumnya dikenal sebagai Waterloo Square) dan memiliki sebuah istana yang dibina di situ. Namun rencana tidak dilakukan oleh preceder nya dan pembangunan ditunda. Sebaliknya mansion van Braam di Rijswijk menjadi kediaman Gubernur Jenderal, sementara Daendels Palace kemudian selesai tahun 1828 menjadi Departemen Keuangan bangunan. Hotel van den Gouverneur-Generaal (Hotel Gubernur Jenderal) menjadi nama resmi van Braam Mansion. Kemudian Istana menjadi terlalu sempit dengan meningkatnya kebutuhan administrasi, dan dengan demikian istana baru direncanakan pada tahun 1869. Istana baru selesai pada 1873 menghadapi Koningsplein (Lapangan raja) dan itu akan dikenal sebagai Istana Koningsplein. Bersama-sama Istana akan membentuk Gubernur-Jenderal Kompleks Istana besaryang di Rijswijk.
Pada tahun 1942, Jepang berhasil menyerang Hindia Belanda. Gubernur Jenderal Tjarda Van Starkenborch menandatangani penyerahan kepada tentara Jepang di Istana pada 8 Maret 1942. Di bawah Jepang Istana menjadi kediaman Saiko Shikikan (Panglima) hingga Jepang menyerah pada 1945. Setelah kemerdekaan, singa lambang Belanda pada fasad depan bangunan telah dihapus.
Semenjak keberadaannya, banyak peristiwa penting terjadi di bangunan ini. Beberapa di antaranya termasuk Deklarasi sistem pacth Ëścultuur oleh Gubernur Jenderal Graaf van den Bosch, upacara ratifikasi Perjanjian Linggarjati pada tanggal 25 Maret 1947 dan pengakuan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949.
Peran Palace dan fitur
Negara Perjamuan di Istana Negara selama kunjungan Presiden Obama tahun 2010
Arsitektur Istana Merdeka dilakukan dalam gaya neo-klasik dengan kolom doric, populer di kalangan orang Eropa pada saat konstruksi. Selama hari-hari awal, gedung 3.375 m² memiliki dua cerita. Pada tahun 1848, lantai atas sebagian dihancurkan, dan semakin rendah diperluas untuk menampung lebih banyak individu, dan dengan demikian menyajikan gambaran yang lebih formal. Istana terutama berfungsi sebagai tempat utama untuk kegiatan upacara yang megah seperti janji Menteri, konferensi dan Rapat Nasional pembukaan upacara pembukaan Kongres Nasional dan internasional, Nasional pesta dan pertunjukan. Hal ini juga berfungsi sebagai kantor administrasi untuk kepala negara.
Bagian depan Istana berisi aula resepsi utama, yang digunakan terutama untuk pertukaran hadiah negara dan terletak di aula Perjamuan. Bilik-bilik lainnya di Istana terdiri dari ruang tamu, ruang tamu, suite untuk Wakil Presiden, tamu ruang tunggu dan kantor Presiden. Istana terdiri dari 2 ruang utama penonton yang bernama dahulu mengadakan Ruang dan Ruang Jamuan, masing-masing dihubungkan dengan sebuah koridor yang dihiasi dengan berbagai lukisan. Selama era kolonial, Ruang dahulu mengadakan (upacara Hall) dulunya ballroom. Seperti namanya menyatakan, Kamar digunakan untuk acara formal upacara dalam istana. Saya.

semoga bermanfaat untuk sahabat SBI semua 🙂

Check Materi SBI Lainnya :